Kebumen News :
Home » » Pencuri Berdasi : Si Pintar Minus Moral

Pencuri Berdasi : Si Pintar Minus Moral

Written By mt@kebumen on Minggu, 03 Januari 2010 | 19.59

Bukan rahasia lagi bahwa para pelaku kejahatan kelas bawah atau kasus-kasus kejahatan tingkat ‘rendahan’ seperti pencuri ayam, pencuri sepeda, atau pencuri kabel listrik PLN, pencuri rel KA, pencuri Semangka secara hukum kasus-kasusnya ditindak tegas tanpa pandang bulu, tanpa pilih kasih dan tebang pilih.

Berbeda dengan kasus-kasus kejahatan kelas tinggi yang sering disamarkan, seperti korupsi yang dilakukan para koruptor di DPR , di Bank Indonesia, di Departemen Pemerintahan, di BUMN atau swasta dsb, yang menurut banyak pengamat dilakukan orang-orang yang berhubungan erat dengan lingkaran kekuasaan/kewenangan .
Para koruptor itulah yang saya sebut dengan istilah ” Pencuri Berdasi”. Sebagai masyarakat saya sering bertanya , mengapa para penegak hukum masih tertatih-tatih dalam mengadili kasus-kasus kejahatan para Pencuri Berdasi itu. Keraguan dan tidak tuntasnya dalam memperkarakan kasus-kasus kelas tinggi oleh “Pencuri Berdasi” itu memberikan kesan kepada masyarakat, bahwa para penegak hukum itu tidak adil. Bagaimana bisa adil kalau ternyata sebagian para hakim, jaksa, dan aparat kepolisian juga terlibat sebagai Pencuri Berdasi.

Sangat mengherankan memang, para koruptor itu bukan dianggap pencuri tapi disebut sebagai orang yang menyalahgunakan wewenang. Persepsi masyarakat tentang pejabat, yang dilambangkan dengan pakaian orang berdasi itu sering masih disangka sebagai orang yang jauh dari sifat jahat. Barangkali juga para Pencuri Berdasi itu tampak di masyarakat kita sebagai orang yang suka memberi, menolong, menyumbang dalam kegiatan sosial kemasyarakatannya. Barangkali juga, setiap tahun Umroh dan Naik Haji.

Dan dari dulu hingga kini masyarakat masih melihat bahwa kemiskinan dan segala bentuk kemelaratan hidup itu sebagai biang keladi tindak kriminalitas. Penilaian masyarakat terhadap orang miskin itu memang tidak adil sama sekali. Semua kelakuannya dicurigai. Keberadaannya selalu disangka buruk. Pekerjaannya dinilai rendah. Senyumnya dianggap meremehkan orang. Omongannya ditanggapi sombong. Kasihan banget memang orang miskin itu, hampir semua orang tidak pernah memihak hidupnya, termasuk orang miskin sendiri. Perlakuan yang sulit walu hisup sudah pahit.

Siapakah koruptor atau Pencuri Berdasi itu? dan siapakah orang yang merasa hina bila hidup dalam kemiskinan itu? Barangkali jawabnya ada pada diri kita sendiri dan tidak usahlah kita tuduh siapapun, mungkin kita semua yang bersalah. Koreksilah diri kita masing-masing pada hari ini, esok pagi, dan entah lusa nanti. Hisablah setiap amal sampai mati menjelang nanti. Jadilah pejabat yang amanah, penegak hukum yang adil, dan warga masyarakat yang tulus menerima kebenaran. Mudah-mudahan moral bangsa ini selamat dari kehancuran generasinya.

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda: “Barang siapa mencari peradilan bagi kaum muslimin hingga ia mendapatkannya, kemudian keadilannya mengalahkan kecurangannya, maka baginya surga, dan barang siapa yang kecurangannya mengalahkan keadilannya, maka baginya neraka”. (HR. Abu Dawud).

Berkata Abu Dzar: “Aku berkata, wahai Rasulullah, tidak engkau mengangkat aku sebagai gubernur? Kata Abudzar: ” Rasulullah menepuk tanganku dengan tangan beliau, kemudian kata beliau: “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya itu adalah amanah dan sesungguhnya pada hari kiamat jabatan itu adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya menurut haknya dan menunaikan yang wajib baginya di dalamnya. ” (HR. Muslim).

Amanah itu beban berat yang menuntut pengurusan hak-hak manusia dengan cara yang dapat memenuhi tuntutan mereka. Uang rakyat adalah hak rakyat untuk digunakan sebagai amanah yang dibebankan kepada pejabat dalam menegakkan kesejahteraan dan keadilan. Uang rakyat bukan untuk dikorupsi, dengan alasan apapun.

Pejabat yang lupa dengan amanahnya itu adalah kehinaan dan penyesalan di akherat nanti, dihari tidak ada pertolongan kecuali pertolongan Allah. Sesungguhnya kalau mau merenungkan dengan hati bersih, jadi pejabat itu cobaan yang paling berat karena tanggung jawabnya abadi, dan atasannya saat menjabat besok di hari kiamat akan berlepas diri. Padahal saat didunia pejabat itu sering mengikuti atasannya tanpa pertimbangan benar atau salah menurut Allah.

Allah telah memberikan contoh terbaik hambaNya untuk menjadi hakim, sebagaimana firmannya:

يَا دَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الأرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan“. (QS Shaad : 38 : 26).

Semoga menjadi perenungan bagi siapapun yang pernah, hampir, akan atau berpotensi melakukan korupsi. Bertaubatlah!, jauhi jangan menunggu sampai dibalik jeruji sampai mati.

Oleh : M. Rum Budi S.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. mta online ( brosur ahad - jihad pagi ) majlis tafsir al quran - Kebumen
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger