Keluarga yang Harmonis

Bagaimana menciptakan keluarga yang harmonis? Memang, tidak ada standar normal dan belum tentu jika suatu keadaan harmonis bagi satu rumah tangga bisa menjadi harmonis bagi rumah tangga yang lain. Ada beberapa kiat yang bisa kita dapatkan tetapi paling tidak jika kita merujuk pada sebagian keluarga apabila keluarga tersebut mempunyai point-point kiat menjadi keluarga yang harmonis maka bila ada satu keluarga yang dikatakan tidak harmonis pasti akan ada kekurangan dari elemen yang ada. Elemen-elemen tersebut antara lain yang pertama yaitu mengenai culture keluarga. Setiap keluarga mempunyai budaya sendiri-sendiri, misalnya: kalau kita Islam tentunya ada satu budaya Islami dalam keluarga (suasana yang nyaman, sholat tepat waktu, qiro’ah, dll), itu semua contoh suatu budaya di dalam suatu rumah tangga. Selanjutnya, bagaimana ikhrom istri kepada suami dan kebalikannya (ikhrom suami kepada istri)? Bagaimana menyantuni anak-anak? Bagaimana hormat anak terhadap orang tua? Itu semua dalam budaya Islami, maka rujukannya, kaidah-kaidah tentang hak dan kewajiban dari imam(suami), istri, dan anak sudah tertata rapi sehingga tercipta suatu budaya yaitu budaya Islami yang sakinah, mawadah, warahmah.

Apa saja yang harus kita perhatikan dan cermati supaya bisa terbentuk suatu budaya keluarga yang Islami?

1. Mempunyai manual ‘rujukan’ yang sama. Menyamakan konsep pikir kita untuk menciptakan budaya yang Islami, maka budaya Islami yang seperti apa yang kita inginkan? Apakah budaya Islami yang A ataukah budaya Islami yang B? meskipun sebetulnya budaya Islami itu ya hanya Islam saja, namun tidak bisa kita pungkiri pada prakteknya memang berbeda-beda, jadi bagaimana? Kita berpedoman merujuk pada yang benar terlebih dahulu, budaya Islami rujukannya adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kemudian, apakah kira-kira kita sudah menguasai manual tersebut atau belum? Ibarat mobil, pernahkah kita membaca manual mobil kita?. Begitu juga dalam keluarga yang tertata secara rujukan yang Islami akan ada manualnya. Setelah kita tahu rujukannya, sudahkah kita mempelajarinya?. Banyak contoh-contoh bahwa satu keluarga tidak jadi harmonis karena rujukannya ada tetapi mereka tidak pernah mempelajari rujukan tersebut, sehingga budaya yang tercipta tidak budaya yang seharusnya terjadi, latihan kebiasaan yang terjadi bukan sesuai dengan rujukan yang ada. Konflik-konflik kecil bisa membuat culture keluarga yang sakinah mawadah dan penuh rahmah menjadi gagal.

Setiap keluarga mempunyai culture sendiri-sendiri, tidak ada yang persis sama sekali karena terbentuk dari komponen-komponen individual berbeda-beda yang menjadi satu. Seperti manusia, tidak ada yang persis meskipun kembar pasti ada bedanya apalagi sekarang membentuk keluarga yang komponennya berbeda-beda satu sama lain tentu budayanya juga berbeda-beda. Namun, kalau rujukannya satu yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, insyaAllah semua perbedaan merujuk menjadi satu karena diatur dengan aturan-aturan pakem yang baku dan satu. ( bersambung…)

Artike ini di coppy sepenuhnya dari "www.mtafm.com"