Pengaruh usia bukan penyebab dari kebosanan. Dicari tahu terlebih dahulu, apa yang terjadi in between ‘di antara’ proses sembilan tahun tersebut? adakah perubahan-perubahan? Misalnya, ada atau tidakkah kebiasaan culture seperti, komunikasi yang intense, tidur satu ranjang, makan bersama, dll? Apakah sekarang menjadi berubah?. Kebudayaan yang berubah karena kebiasaan yang mulai berubah (ada suatu kebudayaan baru), misalnya adanya tehnologi dijaman sekarang seperti sms, BBM, FB, dsb nah itu wacana istri menjadi berkembang sehingga dia merasa dunianya dulu yang begitu indah sekarang ini kok begitu sempit dan membosankan. Situasi sekarang ada challenge ‘tantangan’, godaan, iming-iming baru, itu semua yang membuat sebetulnya Anda tidak bosan tetapi menginginkan hal lain yang lebih yang belum tentu baik. Apakah terjadi perubahan culture atau tidak? Kalau terjadi, ya tentunya yang positif yang diambil. Namun, bila ada habit-habit yang baru maka yang diambil adalah habit positive bukan habit yang negative.
Komunikasi dengan suami lebih intense, sebetulnya ditimbulkan dengan rasa sayang namun misalnya kondisi suami sekarang ini lebih sibuk karena tuntutan dari maisyah ‘pekerjaan’ dari kebutuhan rumah yang meningkat, anak, dsb sehingga waktu untuk keluarga berkurang maka solusi pemecahan dari itu semua yaitu dengan dibicarakan. Ingat, jangan kuantitas dari waktunya, contoh: bertemu sehari saja di rumah belum tentu komunikasinya intense.
Apakah ada kebiasaan baru? Coba diulang dan direview lagi kebiasaan lama yang begitu menyenangkan dulu kala, suami yang begitu sayang, begitu melindungi, suami yang sudah mendidik salam sembilan tahun, namun mengapa tiba-tiba menjadi membosankan? Apa saja yang menjadi penyebab bisa dibicarakan. Sikapilah dengan enjoy selama itu tidak menyimpang dari akidah. Hidup ini indah, apalagi ada tuntunan yang pas dan kita jalani sesuai tuntunan. Suami itu adalah satu untuk selamanya jadi harus dieman-eman terus, begitu juga dengan istri.
Komponen yang perlu kita ketahui adalah menciptakan suatu budaya keluarga yang harmonis. Apakah bisa tercipta suatu budaya keluarga yang harmonis? Budaya sebetulnya adalah hasil olah manusia, oleh karena itu semua kebudayaan adalah hasil olah manusia begitu juga keluarga yang harmonis, tentunya bisa kita create ‘ciptakan’. Budaya yang seperti apa yang ingin kita ciptakan karena tidak semua budaya itu positif dan tidak setiap budaya dari satu keluarga bisa diterapkan di keluarga yang lain?
Contoh membentuk budaya di dalam keluarga kita, yaitu seorang ayah mempunyai kewajiban menjaga istri dan anak-anak dari api neraka, tidak hanya sekedar memberi materi, tidak hanya sekedar menyiapkan fasilitas, rumah yang bagus, mobil setiap anak diberi satu per satu, tetapi kita harus menjaga supaya mereka betul-betul menjauhi sentuhan api neraka.
Kita berbicara tentang kebudayaan maka yang membuat kita optimis mewujudkan keluarga yang sakinah mawadah warahmah itu dapat kita pelajari kemudian bisa kita ciptakan menjadi suatu kebiasaan setelah itu bisa diwariskan karena komponen dari keluarga tersebut nantinya juga berkeluarga yang mempunyai kebiasaan dan culture yang sama (turun temurun). Semua kebudayaan itu bisa diwariskan, kita mewarisi kebudayaan dari nenek moyang kita dan sekarang mungkin kita bisa pilah budaya mana yang sesuai kaitannya dengan ibadah, karena merupakan ‘budaya’ maka kita bisa mempelajarinya kemudian kita bisa mengcreate berdasarkan apa yang kita pelajari, misalnya santunnya istri terhadap suami.
Budaya bisa dipelajari, dicreate, dan diwariskan.
bersambung…
Artikel ini di Coppy sepenuhnya dari "www.mt@fm.com"
0 komentar:
Posting Komentar